Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan
perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. ( 1 Yohanes 3:18 )..
Bersaksi dengan menggunakan lidah
sangat berpotensi melakukan kekeliruan, sifat manusia yang suka menambah
dan mengurangi atas apa kejadian yang sesungguhnya merupakan salah satu
penyebab terjadinya kekeliruan tersebut.
Kita diajak untuk bersaksi hanya ada dua kata, Ya dan Tidak. Dengan
ketegasan ini maka kita bisa mewujudkannya, dengan mengatakan Ya jika benar dan
Tidak bila tidak benar. Sehingga bersaksi dengan perbuatan dalam kehidupan
nyata setiap hari adalah lebih efektif dan konsekuensi melakukan kekeliruan
dalam bersaksi lebih kecil. Menjadi saksi itu bukan perkara yang mudah. Dalam
pengadilan jika menyampaikan saksi palsu bisa dijerat dengan hukuman kurungan
pula. Karena bersaksi itu memiliki resiko, meskipun yang disampaikan itu benar.
Apakah kita mempunyai keberanian untuk menyampaikan kesaksian hidup di tengah
masyarakat, sehingga dapat memberikan jawaban yang pasti ? yakni dengan sikap
benar untuk menjawab Ya, namun juga harus menunjukkan dan berani memperbaharui
sikap karena tidak benar.
Seringkali kita ini hanya omong doang (omdo). Kasih kita berhenti hanya
sebatas kata-kata. Menolong orang lain jarang sekali kita lakukan. Hal yang utama yang kita butuhkan saat
menolong orang lain / sesama adalah kemauan, sambil diiringi dengan memohon
pertolongan Tuhan agar dimampukan-Nya. Sehingga di dalam Tuhan, kita mengasihi
bukan dengan perkataan atau dengan lidah tetapi dengan perbuatan dan dalam
kebenaran, sebab perkataan tidak akan menjadi tindakan jika tidak disertai
kemauan mewujudkannya. Menjadi murid
Kristus sejati memang tidak mudah, tetapi kita akan selalu dimampukan jika kita
mau dibentuk oleh-Nya.
Salam dan Berkah Dalem,
[dari : berbagai sumber ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar