Sabtu, 01 November 2014

Sarasehan KERUKUNAN UMAT BERAGAMA di Kabupaten DEMAK


Akan muncul sebuah pertanyaan  “ Apakah ada orang yang beragama dengan salah ?”, maka akan ada yang menjawab  ada. Artinya ada yang menghayati ajaran agamanya dengan salah kaprah. Dalam hal ini kita diajak berpikir dan membutuhkan  kecerdasan, kebijaksanaan dan kerendahan hati untuk tidak menelan mentah-mentah suatu ajaran yang berlabelkan agama sekalipun. Orang harus selalu berikhtiar dan menggali serta menemukan inti kebenaran dari suatu ajaran.
Orang beriman itu adalah orang-orang yang percaya dan menyerahkan diri pada Allah yang benar. Allah yang benar itu Allah yang adalah kasih.
Bila mengaku diri sebagai  orang beragama tetapi tindakannya penuh kebencian, mudah mengkafirkan orang lain, maka sebenarnya itu bukan beriman tetapi beragama palsu dan sudah melakukan pembohongan terhadap agama.
Sebuah Sarasehan  Kerukunan Umat Beragama yang diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB ) Kabupaten Demak yang dilaksanakan pada hari Senin 27 Oktober 2014 bertempat di Gedung Bina Praja Pemkab Demak. Dalam kegiatan tersebut Dewan Paroki Administratif Santo Mikael Demak  juga turut diundang.  Sebagai bentuk kepedulian dan perhatian terhadap bentuk kerja sama lintas agama, maka Dewan Paroki Administratif menanggapinya dengan hadir dalam acara tersebut. Adapun yang hadir Bp. Aloysius Widarso, SH dan Bp. Herry Suharyadi. Kegiatan ini dengan tema  Kerukunan Umat beragama merupakan penangkal munculnya radikalisme.
Menurut salah satu pembicara  yakni Prof.DR. H. Mudjahirin  Thohir ( Ketua FKUB Propinsi Jawa Tengah ) yang menyampaikan sebuah judul  Agama, Politik, dan Budaya Kekerasan. Untuk mengatasi gerakan radikal transnasional maka  ada agenda yang harus diperjuangkan saat ini :
1.       Negara harus berani hadir untuk melindungi civil liberties ( hak-hak warga negara yang dijamin oleh  konstitusi ), termasuk dari ancaman kekerasan. Hal ini merupakan prinsip Negara hukum ( Negara konstitusional ).
2.       Negara harusnya menjamin terbukanya ruang publik yang leluasa sehingga berlangsung dialog-dialog yang intensif antar komunitas agama.
3.       Dialog harus didesain tidak untuk menghakimi tetapi untuk mengerti  bahwa jadilah pemeluk agama yang mendahulukan keindonesiaan yang plural dan harus mengatakan “ Saya orang Indonesia yang beragama yang mengutamakan kedamaian bukan kekerasan”.
Hal senada juga disampaikan pembicara lain yakni Kapolres Demak yang diwakili oleh Kasat Intel , serta dari Dandim 0716 Demak diwakili oleh  Kepala Staf ; dari beliau berdua menyampaikan  bahwa  NKRI adalah harga mati dengan kerukunan adalah suatu keindahan. Kita dengan mudah mencatat peristiwa-peristiwa kekerasan yang mengatasnamakan agama. Inilah kesalahan bahkan ketidakadilan dari orang-orang yang menjalankan keagamaannya.
Kita harus meyakini bahwa agama membawa rahmat kedamaian, kerukunan dan kesatuan umat manusia. Esensi  dan hakekat agama  adalah baik, benar, indah bagi manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar